“Sampaikan daripadaku walaupun satu ayat” (Riwayat al-Bukhari).
Itu sabda Rasulullah SAW, Nabi junjugan kita. Seorang lelaki yang telah dipilih untuk mengetuai ummat sekalian alam, pembawa risalah kebenaran, dan syariat terakhir dalam dunia ini. Perihal dari segi akidahnya, ibadahnya, perlakuan sehariannya, sehingga perawakan fisikalnya adalah satu kesatuan yang indah antara sebaik-baik makhluk ciptaan Allah. Sunnah bagi kita mengadaptasi segala perihal kehidupan Rasulullah dalam hidup kita seperti yang dianjurkan dalam Al Quran. Ini semua orang pun sudah tahu, tapi nak aplikasinya sangat lah susah. Ramai yang cenderung mengikut hawa nafsu dan akli semata-semata dalam menarik diri dan teman-teman sekeliling untuk melakukan kebaikan. Tanpa ada nas dan dalil yang sahih dr Al Quran dan Hadith.
Ada golongan yang sering mengajak kepada kebaikan tapi jalan yang dipilih itu tidak bertepatan dengan apa yang diajarkan Islam. Inilah yang dinamakan jahil (tidak tahu). Berbeza dengan bodoh (Arabic : Sufaha), yang apabila diajar masih juga tidak dapat memahami tetapi jahil ini bisa diajar dan memahami. Terdapat pelbagai bentuk jahil yang boleh membuatkan seseorang itu tidak sampai pada jalan yang lurus seperti yang dikehendaki Allah azza wajalla. Firman Allah;
Ada golongan yang sering mengajak kepada kebaikan tapi jalan yang dipilih itu tidak bertepatan dengan apa yang diajarkan Islam. Inilah yang dinamakan jahil (tidak tahu). Berbeza dengan bodoh (Arabic : Sufaha), yang apabila diajar masih juga tidak dapat memahami tetapi jahil ini bisa diajar dan memahami. Terdapat pelbagai bentuk jahil yang boleh membuatkan seseorang itu tidak sampai pada jalan yang lurus seperti yang dikehendaki Allah azza wajalla. Firman Allah;
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani itu, semua akan diminta pertanggungjawaban"
(surah Al-Isra':36)
(surah Al-Isra':36)
Contohnya ada sesetengah golongan pembawa agama seperti tarekat, Islam Liberal dll, mereka membawa agama dengan menghilangkan tunjang utama yang ditinggalkan Rasulullah saw yakni Al quran dan Hadith. Ingin mengajak orang untuk melakukan kebaikan dengan melakukan kebohongan yang nyata seperti menyebarkan pahala-pahala tiap malam tarawikh pada bulan Ramadhan dengan sekian-sekian jumlah, membenarkan penggunaan hadith palsu, ataupun mengalunkan zikir-zikir yang direka sendiri ataupun yang tiada contoh dari Rasulullah saw. Walaupun niat segelintir orang-orang ini adalah untuk membawa kepada kebaikan, ingatlah bahawa matlamat tidak pernah menghalalkan cara. Apakah tidak cukup apa yang ditinggalkan oleh Rasulullah sehingga kita terpaksa mereka-reka untuk menarik orang kepada agama? Apakah contoh yang ditunjukkan oleh Rasulullah tidak memadai sehingga harus menokoktambah ibadah-ibadah yang telah dianjurkan baginda? Sesungguhnya sebaik-baik manusia yang maksum itulah Rasulullah saw, satu figure yang telah dijanjikan syurga oleh Allah swt.
Dalam proses pengabdian kita terhadap Allah dan Rasul, seharusnya kita perhatikan apakah ibadah kita, akhlak serta amalan yang kita lakukan itu bertepatan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Apakah manfaatnya ibadah yang dilakukan itu tidak sampai tujuannya pada Allah? Sama seperti menjawab exam, soalan yang dipahami dengan baik, tapi teknik menjawabnya salah, hasilnya tetap salah. Tapi exam itu di dunia, dan kerugiannya sangat minimal namun amal ibadah kita ini adalah percaturan yang hasilnya dinilai di padang mahsyar kelak, penentu syurga dan neraka.
Kenapa hal-hal sekecil mencari sumber dan dalil yang sahih dalam setiap amal yang kita lakukan ditekankan? Ini adalah untuk mengelakkan kita dari tersilap sehingga tidak sampai ibadat yang kita hadiahkan pada Allah swt. Selain itu, Allah menguji hambaNya dengan melihat samada hambaNya mampu atau tidak untuk mengikut setiap perintahnya tanpa syak dan ragu-ragu. Sesungguhnya Islam adalah sebuah agama pencarian, bukan agama yang diturunkan dari keturunan atau ikut-ikutan semata. Keyakinan kita terhadap Allah dan Rasul haruslah teguh, seteguh bumi kekal pada paksinya.
Ramai dikalangan kita yang sangat bersungguh meminati satu figure manusia yang belum tentu tempatnya di akhirat kelak dan belum tentu tempatnya di sisi Allah sehingga sanggup menelusuri ratusan helaian majalah dan laman web untuk menggali informasi tentang figure tersebut. Sehinggakan ada yang berlumba-lumba dan melibatkan emosi seandainya ada yang lebih tahu dari mereka. Begitu juga yang obses tentang pelajaran, sanggup menghabiskan wang ringgit membeli buku-buku yang mahal dan tepat faktanya semata-mata untuk mencari bukti dari apa yang mereka ragukan. Tapi, apakah hal ini diaplikasikan dalam mencari ilmu agama? Barangkali ramai yang tidak. Merasa cukup dengan apa yang telah diajarkan dari sekolah dahulu tanpa merasa perlunya perbaikan dari segi ilmu dan amalannya. Sedih sekali karena semangat ini hanya bertumpu pada satu aspek kehidupan dan bukan keseluruhannya.
Banyak sudah bebelan saya pada hari ini, tidak mengapalah, sekadar meluah rasa. Semoga Allah memberi petunjuk dalam setiap perkara yang kita lakukan memandangkan dunia sudah menghampiri kiamat. Semoga jalan yang kita pilih di dunia ini adalah yang terbaik membantu posisi kita di akhirat kelak,Insyaallah. Jangan kerana malas mencari ilmu, kita sandarkan diri kita pada yang batil. Sayang sekali k. Terlalu mempermudahkan dalam hal agama adalah antara perkara yang dilarang oleh Allah swt. Wallahualam.
Dalam proses pengabdian kita terhadap Allah dan Rasul, seharusnya kita perhatikan apakah ibadah kita, akhlak serta amalan yang kita lakukan itu bertepatan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Apakah manfaatnya ibadah yang dilakukan itu tidak sampai tujuannya pada Allah? Sama seperti menjawab exam, soalan yang dipahami dengan baik, tapi teknik menjawabnya salah, hasilnya tetap salah. Tapi exam itu di dunia, dan kerugiannya sangat minimal namun amal ibadah kita ini adalah percaturan yang hasilnya dinilai di padang mahsyar kelak, penentu syurga dan neraka.
Kenapa hal-hal sekecil mencari sumber dan dalil yang sahih dalam setiap amal yang kita lakukan ditekankan? Ini adalah untuk mengelakkan kita dari tersilap sehingga tidak sampai ibadat yang kita hadiahkan pada Allah swt. Selain itu, Allah menguji hambaNya dengan melihat samada hambaNya mampu atau tidak untuk mengikut setiap perintahnya tanpa syak dan ragu-ragu. Sesungguhnya Islam adalah sebuah agama pencarian, bukan agama yang diturunkan dari keturunan atau ikut-ikutan semata. Keyakinan kita terhadap Allah dan Rasul haruslah teguh, seteguh bumi kekal pada paksinya.
Ramai dikalangan kita yang sangat bersungguh meminati satu figure manusia yang belum tentu tempatnya di akhirat kelak dan belum tentu tempatnya di sisi Allah sehingga sanggup menelusuri ratusan helaian majalah dan laman web untuk menggali informasi tentang figure tersebut. Sehinggakan ada yang berlumba-lumba dan melibatkan emosi seandainya ada yang lebih tahu dari mereka. Begitu juga yang obses tentang pelajaran, sanggup menghabiskan wang ringgit membeli buku-buku yang mahal dan tepat faktanya semata-mata untuk mencari bukti dari apa yang mereka ragukan. Tapi, apakah hal ini diaplikasikan dalam mencari ilmu agama? Barangkali ramai yang tidak. Merasa cukup dengan apa yang telah diajarkan dari sekolah dahulu tanpa merasa perlunya perbaikan dari segi ilmu dan amalannya. Sedih sekali karena semangat ini hanya bertumpu pada satu aspek kehidupan dan bukan keseluruhannya.
Banyak sudah bebelan saya pada hari ini, tidak mengapalah, sekadar meluah rasa. Semoga Allah memberi petunjuk dalam setiap perkara yang kita lakukan memandangkan dunia sudah menghampiri kiamat. Semoga jalan yang kita pilih di dunia ini adalah yang terbaik membantu posisi kita di akhirat kelak,Insyaallah. Jangan kerana malas mencari ilmu, kita sandarkan diri kita pada yang batil. Sayang sekali k. Terlalu mempermudahkan dalam hal agama adalah antara perkara yang dilarang oleh Allah swt. Wallahualam.